06/04/18

Me and My First Salary as a Radio Announcer

"My first salary is not as big as my daddy's salary, so i have to work smarter. But, actually being a radio announcer is not a job for me, it's my hobby. #Alhamdulillah #Storyoftheday"

Itu adalah status singkat yang kutulis di whatsapp, yang menuai beberapa komentar dari teman-teman ku. Ya, kalau tidak salah tanggal 29 Maret 2018 adalah hari pertama saya gajian sebagai penyiar radio di D Radio Jambi.

Sebenarnya berbicara mengenai gaji, itu bukanlah kali pertama saya mendapatkan uang dari apa yang saya kerjakan. Karena saya juga bisa dibilang sebagai penulis lepas a.k.a freelance writer, jadi saya sudah beberapa kali mendapatkan honorarium dari tulisan yang saya buat.

Tapi, untuk radio, ini kali pertama saya gajian. Ya, karena saya baru bekerja di media; penyiaran. Kalau berbicara gaji, menjadi penyiar radio bukanlah tempat yang tepat untuk mencari gaji. Dari awal saya mulai berkecimpung di radio, tahun 2017 lalu, penyiar senior juga sudah mengatakan jangan mengharapkan gaji seorang penyiar radio. Juga saya baca review dari penyiar yang sering menceritakan gajinya sebagai penyiar, ya, saya paham betul bagaimana gaji penyiar.


Kalau kalian mau tahu, saya menghabiskan gaji pertama saya hanya dengan waktu 2 hari saja. Oke, memang kalau masalah habis menghabiskan, itu paling gampang. Tapi disini saya menggambarkan bahwa gaji pertama yang saya terima tidak besar. Tapi, saya sangat mensyukurinya.

Jika dibandingkan dengan uang jajan yang diberikan orangtua saya, itu uang jajan saya kurang lebih dua minggu. Tapi saya menghabiskannya dengan waktu dua hari :") itu karena saya berbagi dengan kerabat tersayang ceilah hahahaha.

Ya, meskipun sedikit, tapi saya adalah membawakan buah tangan di malam itu. Yang bisa disantap oleh nenek, orangtua, adik, tante dan sepupu saya. Dan membeli something that i want sedari dulu, hahaha.

Tapi, saya belum bisa memberikan sedikit uang saya untuk nenek, padahal setiap beliau gajian, tak pernah lupa untuk memberikan jatahnya kepada saya:( sedih sih, tapi memang pada kesempatan ini belum bisa. Saya hanya memberi cipratan kepada adik saya dan kepada orangtua saya tentunya. 

Walaupun, saya tahu itu tidak seberapa, tapi saya sedikit senang bisa berbagi. Walaupun, (again) setelah uangnya habis, saya meminta lagi sama orangtua. HAHAHAHA. 

Sebenarnya ada banyak yang ingin saya cipratkan dimomen gajian, tapi apalah daya, Allah yang tahu hahaha. Maybe next time yah, girls.

***
Kembali ke status singkat yang saya tulis tadi, ya, menjadi penyiar radio bukanlah suatu pekerjaan untuk saya. Karena itu merupakan hobi saya, dan salah satu cita-cita saya sedari dulu! Jadi, mengerjakan hobi yang dibayar, siapa yang gak mau sih? 

Gaji yang saya terima sangat sangat jauh lebih kecil dari gaji ayah saya, jadi saya harus bekerja lebih pintar agar bisa mempunyai gaji yang besar bahkan akan lebih baik jika saya yang menggaji (aamiin, soon!) 
Jadi, saya semakin takjub dengan orang-orang tua yang bisa membesarkan anak-anaknya, yang bisa memenuhi semua keinginan anaknya.

Saya jadi malu, dulu, terlebih zaman-zaman SMA, kalau mau apa-apa bilang sama bapak dan selalu ada apa yang saya pinta. Ya memang saya mintanya gak neko-neko. Saya gak pernah minta belikan helikopter, btw. Tapi, tetap saja, saya merasa takjub, berarti saya harus bisa menjadi seperti itu. Saya harus bisa mewujudkan mimpi-mimpi orangtua saya. Nantinya, saya dan suami (lol) harus bisa memenuhi keinginan anak-anak, as my parents gave to me and my brother. Ya. Saya sampai mikir sejauh itu. Dan itu harus.

Walaupun memang ukuran kebahagian bukan uang, but, in this case, saya membicarakan gaji ya, jadi wajar saja kalau topiknya tidak akan jauh-jauh dari itu. 

Hmm, yah, intinya saya selalu mensyukuri setiap apa yang Allah SWT berikan kepada saya dan keluarga. So, believe in yourself and you can do everything! 


With love,

Gita Savana

0 komentar:

Posting Komentar

>0<