Halooo, mulai hari ini sepertinya
saya ingin berkomitmen untuk selalu menulis dan memposting tulisan di blog ini
minimal 3 kali seminggu. Dan tulisan yang akan saya posting pun bermacam ragam.
Sebelumnya, happy reading ya, hope you enjoy it!
Jadi, cerita ini dimulai ketika
saya pertama kali siaran radio on air
secara tandem (berdua). Siaran tandem ini adalah siaran yang dilakukan secara
duet oleh penyiar. Saya merupakan penyiar baru di salah satu radio swasta di
Kota saya (Jambi). Jadi, saya harus banyak latihan agar semakin lancer ketika
siaran. Meskipun saya sudah mendapat program siaran sendiri. Nah, untuk
memperlancar siaran itu, saya diberikan program tandem dengan penyiar senior, fyi, dia sudah 21 tahun berkecimpung di
radio, dan sekarang, usia saya 20 tahun J
See? Betapa kebanting ketika
saya siaran dengan beliau hahaha. Ditambah lagi olah vokalnya sudah bagus, kosa
katanya kaya, dan bahasanya pun tersusun rapi, ditambah lagi beliau asyik dalam
mengimbangi. Jadi, menurut saya, tandem ini kuncinya ialah bagaimana antara
penyiar dapat saling mengimbangi, melengkapi, dan terjadi tiktok atau chemistry
diantara keduanya supaya siarannya hidup dan tidak terkesan kaku.
Pertama kali saya siaran tandem dengan
penyiar senior itu, saya minta pendapat dengan teman dan keluarga yang
mendengarkan saya siaran. Jadi, kata mereka, suara saya dan suara penyiar
senior itu, sebut saja A, kurang kawin. Pun begitu dengan interaksi kami, saya
hanya seperti mengiyakan perkataan beliau, ya maklum lah ya baru. Hehehe.
Selain meminta pendapat, saya
juga mendengarkan rekaman siaran kami malam itu, dan benar sekali, kurang ada
tiktok (chemistry) antara kami
berdua. Ditambah lagi suara si A ini gurihnya bukan main, berpower dan ulala pokoknya. Sedangkan saya, yah, tidak sebagus beliau. Tapi,
saya percaya dengan “Learning by doing”.
Tapi, kalau saya boleh memilih sih, saya lebih suka siaran sendirian
ketimbang siaran tandem. Karena menurut saya, untuk mendapatkan tiktok yang
baik itu harus selalu terjadi komunikasi antara keduanya. Mungkin penyiar
senior saya itu bisa mengimbangi, tapi, tetap saja saya ketara anak barunya
hihi. Jadi, saya memutuskan saya lebih baik siaran sendirian, karena semasa training di radio swasta lainnya dulu,
saya seringkali disuruh siaran tandem, dan ya, saya tidak begitu suka, so, I’m
a single fighter.
Karena sangat sulit untuk saya
bisa terjadi obrolan yang begitu “ngocol” dengan orang yang baru saya kenal. Saya
bisa secair-cair mungkin, itu dengan orang yang benar-benar sering interaksi
dengan saya, atau yang sudah kenal lama. Tapi, saya bukan introvert, bukan juga
ekstrovert, saya diantara keduanya, saya bisa menjadi keduanya :D
Jadi begitulah pengalaman pertama
saya siaran tandem:
1. Berat
sebelah
2. Kurang
kawin
3. Kurang
PD
4. Olah
vocal yang belum baik
Nah, mungkin
besok-besok setelah beberapa kali siaran tandem, saya ingin menulis tips
bagaimana sih cara siaran tandem yang baik. Jadi, ditunggu aja ya, thank you J
Oh iya, buat
kamu yang mau tahu gimana pengalaman saya tes menjadi penyiar radio, klik link
ini ya: Pengalaman Tes Menjadi Penyiar Radio
Dan, untuk kamu
yang mau tahu biasanya saya mencari materi siaran dimana? Klik link ini: Website Referensi Materi Siaran
Note: Saya
masih newbie dalam siaran, tapi hanya ingin berbagi apa yang saya tahu saja,
bukan sok menggurui, apalagi sombong. Dengan menulis, saya juga bisa semakin
ingat.
Ada saran mau
berbagi soal apa lagi? Komen yaaa..